Terima Kasihku untuk Ibu

sumber: unsplash.com/Priscilla Du Preez

Bodoh dan lugu, aku tak tahu akan perasaanmu waktu itu.  Senyum merekah dan semangat yang terpacar dari satu wajah. Lelah dan lesu tidak terbesit sedikit pun dalam pikiranmu. Hanya ocehan dan rengek tangisan yang bisa kubagi. Bukannya marah, kau malah senang dan tertawa. Bukan kecewa tapi kau justru bahagia. Dalam ketidakberdayaanku, aku berlindung dalam penjagaanmu. Tumbuh dan besar dalam dekapan kasih sayangmu.

Tak teringat bagaimana pertama kali ku bisa ada. Lahir dari sosok manusia tangguh nan penyayang. Aku menjadi tenang, rasa rela berkorbanmu menyelimuti kegelisahan hatiku. Tangan lembut itu menjadi kasar karena membesarkanku. Tetesan peluh jatuh tak menyurutkan perjuanganmu. Keluh kesah tak pernah keluar dari mulutmu. Hanya ada kelembutan tutur kata, semangat asuh yang mewarnai hari-hariku kala itu. Bocah manis kini tumbuh menjadi sosok laki-laki dewasa.

Terlintas di pikiranku, bagaimana bisa ada perempuan setangguh itu? Mana ada sosok sempurna seperti itu? Tapi ya itulah dirimu. Perempuan yang hebat di mataku yang tak peduli lapar yang penting perut putranya terisi dan tak risau sedikit pun dengan keadaannya sendiri. Semangat mengais rezeki yang diberikan Tuhan. Siang malam berlalu lalang, mengais pundi-pundi rupiah. Bermandikan keringat hingga pakaianmu lusuh yang seakan itu terbayar dengan melihatku tersenyum.  

Dalam kebingunganku tersentak menyadari, masa-masa kecilku telah berlalu bak direnggut masa. Aku tumbuh, kau pun menua. Garis kerut wajah semakin terlihat dan rambut hitammu semakin memutih seiring dengan bertambahnya umurku. Tersadar dalam kegundahan di dalam lubuk hatiku, ku belum menggantikan jasa-jasamu itu. Bu, maaf. Tak pernah bermaksud mengiris hati lembutmu tapi sikapku kadang tak sebaik harapanmu. Cinta kasihmu ku balas keluh kesah. Peluh keringatmu kubalas rasa acuh. Pengorbanan kerasmu jauh dari kata terbayarkan. Tapi kau tidak pernah kecewa, wajah itu masih pancarkan senyumnya.

Memang sampai saat ini, ku belum merasa membuatmu bahagia akan ku. Banyak waktu yang kulewatkan dalam kesia-siaan. Belum bisa menjadi anak kebanggan dan malah larut dalam keteledoran. Banyak yang bisa ku lakukan tapi ku memilih untuk bersikap malas kala itu. Namun kau bisa sedikit terhibur sekarang, ku sedang bersungguh-sungguh mengejar mimpi besarku. Meniti jalan sesuai keinginanku dengan harapan yang besar dan seling bantuan doamu tentunya. Semoga Tuhan berikan secercah keberuntungan untukku.

Sosokmu tak akan pernah tergantikan. Tidak peduli saat ku kecil maupun dewasa, kasih sayangmu tak pernah pudar. Kelembutan dan pengorbanan masih bisa kurasakan. Janjiku, akan terus berlari mewujudkan mimpiku, tak peduli batu menjatuhkanku, maka ku bangkit saja. Semoga jerih payahmu merawatku bukanlah suatu penyesalan. Sampai ku mati, kau tetap menjadi perempuan hebat di mataku.

Secarik surat kutulis sebagai ucapan terima kasihku. Semoga ini bisa sedikit mengikis rindu di antara kita. Salam penuh sayang dari putramu. Semoga Tuhan selalu berikan keselamatan untuk mu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review Buku GRIT: Kekuatan Passion & Kegigihan - Karya Angela Duckworth

[ESAI] DARI PRIBUMI UNTUK NEGERI: GAGASAN IKLAN MASYARAKAT BERKONSEP MODERN PENDORONG MINAT BELANJA GENERASI Z TERHADAP PRODUK LOKAL